Koleksi Pandai Besi di Museum Siginjai Ungkap Tradisi Pembuatan Senjata Tradisional Jambi

Koleksi Pandai Besi di Museum Siginjai Ungkap Tradisi Pembuatan Senjata Tradisional Jambi

Koleksi Pandai Besi di Museum Siginjai Ungkap Tradisi Pembuatan Senjata Tradisional Jambi-Citra Amelia-Jambi TV

KOTAJAMBI, JAMBITV.CO – Museum Siginjai menarik perhatian melalui penampilan koleksi etnografinya, khususnya koleksi pandai besi yang menggambarkan sejarah panjang pembuatan peralatan tradisional masyarakat Jambi. Dari total 7.863 koleksi yang tersimpan, pandai besi menjadi salah satu kelompok koleksi yang mewakili identitas budaya masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.

Pengelola koleksi Museum Siginjai, Jumri, menjelaskan bahwa aktivitas pandai besi memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jambi sejak masa dahulu. Sekitar 60 persen masyarakat Jambi pada masa itu berprofesi sebagai petani, sehingga kebutuhan terhadap peralatan pertanian dan perkebunan sangat tinggi. Profesi pandai besi pun menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena mereka memproduksi berbagai peralatan kerja seperti parang, belio perda, golok, cangkul, dan alat tradisional lainnya.

BACA JUGA:Berikan Pelatihan Dan Jelajah Samsara Living Museum, BI Jambi Ajak Wartawan ke Bali Ikuti Capasity Building

Menurut Jumri, koleksi pandai besi di museum bukan hanya menampilkan hasil jadi berupa alat pertanian, tetapi juga menggambarkan proses pembuatannya secara detail. Proses tersebut memperlihatkan betapa tingginya keterampilan dan teknik yang dimiliki para pandai besi tradisional Jambi.

Proses pembuatan dimulai dengan memanaskan besi padat di tungku pembakaran. Untuk memastikan bara api tetap menyala dengan baik, digunakan tabung udara dari kayu yang dipompa naik turun secara bergantian untuk menghasilkan aliran angin yang stabil ke bagian tungku. Ketika besi sudah mencapai suhu panas dan tampak merah menyala, besi kemudian dipindahkan ke landasan dan dipukul berulang kali menggunakan palu atau godam. Tahap pemukulan dilakukan untuk membentuk ukuran, ketebalan, dan pola besi sesuai dengan jenis peralatan yang akan dibuat.

BACA JUGA:MTQ ke-55 Tingkat Kota Jambi Resmi Dibuka, Wujudkan Generasi Cerdas dan Berakhlakul Karimah

Setelah besi terbentuk, pandai besi kembali memanaskannya beberapa kali untuk dicelupkan ke dalam air. Pada pembuatan parang, golok atau belio perda, yang dicelupkan hanya bagian mata pisau untuk menghasilkan ketajaman maksimal, sementara bagian gagang dibiarkan tanpa penyepuhan. Proses pembentukan ini membutuhkan kekuatan fisik, ketelitian, dan koordinasi kerja yang baik. Satu orang bertugas memegang besi, sementara orang lainnya memukul hingga bentuk yang diinginkan tercapai. Teknik ini diwariskan secara turun-temurun dan menjadi keterampilan khusus yang tidak dimiliki semua orang.

Pembuatan peralatan tradisional biasanya dilakukan di pondok sederhana yang berfungsi sebagai bengkel kerja. Atap bengkel umumnya terbuat dari daun lalang, daun pandan atau daun rumbai, sedangkan dindingnya dibuat dari bambu atau papan agar ruangan tetap dingin. Bengkel dibuat sederhana karena pada masa lalu bengkel pandai besi sering berpindah-pindah sesuai kebutuhan pekerjaan. Peralatan utama yang digunakan terdiri atas tungku pembakaran, puputan atau pompa angin dari kayu, landasan, palu, pahat besi, penjepit, batu asah dan kolam air penyepuhan.

BACA JUGA:Museum Siginjei Jambi Menyimpan Koleksi Arca Bhairawa, Masterpiece yang Melambangkan Sebuah Kekuasaan

Secara tradisi, kerajinan pandai besi di Jambi banyak ditekuni oleh masyarakat suku Kerinci dan Banjar. Daerah yang dikenal sebagai sentra pembuatan benda logam salah satunya adalah Desa Koto Padang, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungaipenuh. Hingga saat ini, bengkel-bengkel kerja pandai besi masih dapat dijumpai di pekarangan rumah penduduk di daerah tersebut. Fenomena serupa juga dapat ditemui di beberapa titik di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi.

Pada tahun 2002 masih banyak ditemukan pandai besi di Kabupaten Muaro Bungo. Salah satu tempat yang bisa dikunjungi untuk mendapatkan peralatan hasil produksi pandai besi tradisional terletak di kawasan Jalan Pattimura, Kota Jambi. Meskipun tak banyak bengkel pandai besi yang menampilkan kegiatan produksi secara langsung, peralatan tradisional masih dipasarkan melalui kios, toko perkakas, hingga pasar tradisional.

BACA JUGA:Napi Lapas Kelas II A Jambi Tewas Gantung Diri Dalam Kamar mandi

Perkembangan zaman membuat perubahan besar pada sistem kerja pandai besi tradisional. Masuknya teknologi modern meningkatkan efisiensi produksi, di antaranya penggunaan mesin gerinda untuk menghaluskan dan menajamkan pisau, serta blower mesin yang menggantikan puputan kayu sebagai sumber udara pada tungku pembakaran. Mesin pemotong besi juga mulai digunakan untuk mempersingkat proses pembentukan.

Namun modernisasi ini menimbulkan tantangan baru. Sebagian masyarakat menilai perubahan tersebut dapat menghilangkan nilai historis dan teknik tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun. Elemen keterampilan manual, filosofi kerja, serta hubungan sosial antara para pengrajin dalam proses produksi menjadi semakin jarang dijumpai.

BACA JUGA:Kajang Lako, Arsitektur Warisan yang Merefleksikan Jati Diri dan Kearifan Budaya Jambi

Selain tekanan budaya, profesi pandai besi juga menghadapi tantangan ekonomi. Harga bahan baku seperti besi baja terus meningkat, sementara permintaan pasar tidak selalu stabil. Generasi muda juga semakin sedikit yang berminat meneruskan profesi ini karena dinilai berat dan kurang menjanjikan secara finansial bila dibandingkan dengan pekerjaan lain. Tidak sedikit bengkel pandai besi terpaksa tutup karena tidak ada penerus.

Museum Siginjai berharap keberadaan koleksi pandai besi dapat menjadi sarana edukasi dan pelestarian budaya. Dokumentasi proses kerja, peralatan, dan produk pandai besi yang dipamerkan tidak hanya memperlihatkan nilai fungsi, tetapi juga nilai seni dan sejarah dari sebuah profesi tradisional. Museum juga berencana mengembangkan media informasi digital, seperti video dokumenter dan tur edukasi interaktif, agar generasi muda dapat mempelajari profesi pandai besi dengan cara yang lebih menarik.

BACA JUGA:Dampak Atmosfer dari Musibah Sumatera Terasa di Wilayah Barat Provinsi Jambi

Pandai besi bukan sekadar penghasil alat pertanian, tetapi simbol hubungan antara manusia dan budaya kerja masyarakat agraris. Di balik setiap parang, cangkul, belio perda atau golok, terdapat kisah kearifan lokal, semangat kerja keras, serta kreativitas masyarakat Jambi. Dengan menjaga keberlanjutan profesi ini baik melalui edukasi, pelestarian budaya, maupun dukungan pemerintah identitas budaya Jambi akan tetap terpelihara di tengah arus modernisasi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: