Kekejaman Israel dan Cerita Tragis Relawan Indonesia Saat Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dibombardir Israel
Peralatan dan perlengkapan medis berserakan di luar Rumah Sakit Indonesia di tepi kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara, setelah pasukan Israel menyerbu fasilitas tersebut, pada 24 November 2023 (Foto AFP)--
Sarbini Abdul Murad, kepala MER-C di Jakarta, mengatakan bahwa serangan terhadap rumah sakit tersebut merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan bahwa Indonesia harus berbuat lebih banyak untuk menuntut pertanggungjawaban Israel mengingat hubungan negara tersebut dengan rumah sakit tersebut, yang diresmikan pada tahun 2016 oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla, setelah didanai oleh sumbangan dari warga negara Indonesia dan organisasi kemanusiaan.
Namun, pengaruh Jakarta mungkin terbatas. Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan rumah sakit ini tidak dimiliki oleh Indonesia atau orang Indonesia karena rumah sakit ini disumbangkan untuk masyarakat Gaza.
"Rumah Sakit Indonesia dibangun dengan sumbangan dari warga negara Indonesia dan mengibarkan bendera Indonesia sebagai simbol persahabatan kita," kata Sarbini kepada Al Jazeera.
"Yang bisa kami lakukan di MER-C adalah mewakili masyarakat Indonesia dan mendorong pemerintah Indonesia dan kementerian luar negeri untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC)."
"Semua pihak harus melobi ICC, terutama lima negara besar [lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB: Cina, Perancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat], dan menyerukan gencatan senjata permanen," tambahnya.
Sarbini mengatakan, belum ada rencana untuk mengevakuasi ketiga relawan Indonesia secara permanen dari Gaza, karena masih ada pekerjaan penting yang harus mereka lakukan, yaitu memberikan bantuan kemanusiaan kepada para korban luka dan pengungsi di Khan Younis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: aljazeera