Wawancara Bersama Mariani Yanti Kadis Pariwisata, Kota Jambi Pilot Project Literasi Ditetapkan UNESCO

--
Melalui Rumah Literasi (Rumel), program Bahagia Berbudaya, serta event besar seperti Festival Tumpah Ruah, kami berusaha menjadikan ruang publik budaya sebagai arena belajar yang menyenangkan. Di sana, masyarakat tidak hanya menikmati hiburan, tapi juga belajar memilah informasi, mengenal teknologi baru, serta memahami nilai-nilai budaya yang benar. Jadi, pariwisata tidak hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga membangun ekosistem literasi di tingkat akar rumput.
Implementasi Program. Setelah pulang dari Paris, langkah nyata apa yang sudah dilakukan untuk menindaklanjuti program pilot project ini?
Setelah forum di Paris, kami langsung bergerak. Pertama, berkoordinasi dengan Diskominfo sebagai calon ketua Pokja MIL untuk menyusun task force lintas-OPD. Dan hari ini baru saja dilaksanakan FGD dan pembentukan Task Force MIL City.
Kedepan, akan dimulai memetakan program yang bisa segera dijalankan, misalnya mengintegrasikan literasi informasi ke dalam kegiatan pariwisata, festival budaya, maupun sekolah sekolah. Ini langkah awal, tapi penting untuk menunjukkan bahwa KotaJambi serius menindaklanjuti komitmen.
Apa peran dan sinergi antar-OPD, khususnya Dinas Pariwisata, dengan Pokja yang akan dibentuk dan diketuai Dinas Kominfo?
Pokja MIL nantinya akan menjadi ruang kolaborasi. Diskominfo akan memimpin orkestrasi kebijakan dan infrastruktur informasi. Dinas Pariwisata masuk lewat implementasi di ruang budaya, destinasi wisata, dan kegiatan publik. Dinas Pendidikan berperan di sekolah, sedangkan Perpustakaan Daerah memperkuat literasi baca-tulis. Bappeda mengawal integrasi program dalam RPJMD dan anggaran, dan masih banyak lagi instansi dan lintas sektor yang akan sama-sama diajak untuk bergerak. Jadi, peran kami di Disparbud adalah memastikan kegiatan budaya, pariwisata, dan kreativitas yang sudah dicanangkan di sinergikan dengan gerakan literasi informasi.
Bisakah diceritakan Apa manfaat langsung yang bisa dirasakan masyarakat Kota Jambi dengan adanya program ini?
Manfaat yang paling nyata adalah akses informasi yang lebih berkualitas. Masyarakat terbiasa memilah dan mendapat pula konten yang terkurasi dengan baik di ruang publik, baik melalui papan informasi digital, festival, maupun aplikasi. Pelaku UMKM pariwisata mendapat keterampilan literasi digital untuk promosi yang sehat dan aman. Warga juga lebih terlindungi dari hoaks atau informasi palsu. Pada akhirnya, program ini menciptakan rasa percaya, kenyamanan, dan damai bagi masyarakat.
Bagaimana program literasi informasi ini bisa dikaitkan dengan pelayanan publik, pariwisata, dan kehidupan sehari-hari masyarakat?
Kami ingin literasi informasi hadir dalam aktivitas sehari-hari warga. Misalnya, pelayanan publik menggunakan bahasa informasi yang jelas dan transparan. Misal di pariwisata, informasi destinasi akan dilengkapi dengan kode QR agar warga bisa mengecek data sejarah dan budaya secara langsung.
Di sekolah, anak-anak dikenalkan pada etika digital, sementara keluarga mendapat edukasi tentang privasi dan keamanan online. Jadi, literasi ini tidak hanya konsep saja, tetapi hadir dalam rutinitas masyarakat Kota Jambi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: