Cerita Orang Pendek Kaki Terbalik di Jambi, Sempat Jadi Perburuan Pada Tahun 1900an

Cerita Orang Pendek Kaki Terbalik di Jambi, Sempat Jadi Perburuan Pada Tahun 1900an

Ilustrasi, Kisah Orang Pendek Kaki Terbalik di Kerinci, Jambi-Sumber Foto-Oerban.com

Jambitvco, Jambi – Ada banyak cerita misteri di Jambi yang belum mampu dipecahkan para sejarawan sampai saat ini. Salah satunya cerita misteri keberadaan orang pendek kaki terbalik. Orang pendek atau yang akrab disebut Uhan Pandak bagi masyarakat Jambi, merupakan penampakan sesosok makhuk dengan postur tubuh 3-4 kaki. 

 

Orang pendek kaki terbalik ini diyakini telah hidup ratusan tahun di sekitaran Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Jambi. Cerita misterius Uhang Pandak ini banyak mengundang perhatian para penemu hebat hingga ahli binatang (zoologi).

 

Cerita misterius orang pendek kaki terbalik ini bahkan sudah ada sejak zaman Marco Polotahun 1292. Kala itu, Marco Polo bertualang ke Sumatra. Penemuannya terhadap makhluk yang kini disebut Uhang Pandak ini, diabadikan dalam buku Sumatera Tempoe Doeloe, karya Anthony Reid. 

 

"Sesungguhnya ada semacam monyet di sini yang ukurannya sangat kecil dan berwajah seperti manusia, jadi manusia itu mengambil beberapa ekor monyet ini dan menggunduli seluruh bulu mereka dengan sejenis salep," tulis Marco Polo, dalam catatannya yang dinukil dari buku Sumatera Tempo Doeloe, karya Anthony Reid.

BACA JUGA:Ada Suku Dimana Pria Mengurus Rumah Tangga dan Anak, Sementara Istri Pergi Mencari Nafkah

Menurut pengakuan Marco Polo dalam buku tersebut, masyarakat setempat menempelkan rambut panjang ke dagu mahkluk tersebut, sebagai pengganti jenggot. Sehingga, ketika monyet itu mengerut, rambut tersebut tampak tumbuh secara alami.

 

"Kaki, tangan, dan anggota badan lain yang tidak sesuai dengan bentuk manusia direntangkan, ditegakkan, dan dibentuk ulang dengan tangan agar menyerupai manusia," tulisan Marco Polo.

 

Karena terkenalnya tulisan tersebut, pencarian terhadap cerita misteri Orang Pendek Kaki Terbalik bahkan dibuat menjadi Ekspedisi pencarian khusus. Ekspedisi pencarian dimulai pada Awal tahun 1900-an, di mana saat itu Indonesia masih jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun, yang paling terkenal adalah kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: