Jambitv.co, GAZA – Ditengah hujan rudal dan peluru, warga Palestina bertahan hidup dengan sekuat tenaga. Berjuang keras untuk mencari makanan dan air yang sangat sulit mereka dapatkan. Dikutip dari Aljazeera yang mewawancarai seorang perempuan yang sedang mengais sisa puing bangunan yang hancur dihantam rudal. Cerita memilukan menggambarkan bagaimana kerasnya perjuangan mereka untuk bertahan hidup dan menghidupi anak-anak mereka saat ini.
Amal Al-Robayaa namanya, Setiap pagi pukul 8, dia harus meninggalkan sekolah PBB tempat ia berlindung bersama keluarga, untuk mencari makanan.
"Hal pertama yang saya pikirkan saat bangun tidur adalah, bagaimana saya akan memberi makan anak-anak hari ini?,” tutur Amal Al-Robayaa sambil terus berjalan mencari bahan makanan yang tersisa diantara reruntuhan.
BACA JUGA:Efek Penjajahan Israel ke Palestina?, Kelompok Pro Iran Bertempur Melawan Kelompok Pro AS di Suriah
Amal washes clothes amid the ruins of the family home. What little water there is has to be used carefully, a little for washing clothes and some for a shower. Said Khatib-AFP-Aljazeera-
Amal AL-Robayaa harus terus bergerak mencari makan untuk menghidupi enam anak, menantu perempuan dan dua cucu. Di bawah ancaman pemboman yang terus menerus di Gaza sejak 7 Oktober lalu, perjuangan Amal setiap hari untuk menghidupi keluarganya telah menjadi medan serangan yang mematikan.
Ia mengais-ngais reruntuhan bangunan di antara sekolah dan rumahnya di kawasan Shabura, Rafah, di selatan Gaza, di mana ia berharap bisa menemukan tetangga yang memiliki tepung untuk membuat roti.
Putranya yang berusia 24 tahun, Suleiman, bergegas ke toko roti terdekat untuk mengambil nomor antrean, sebelum bergegas ke tempat minum.
"Saya mencoba mengisi satu atau dua kantin dengan air sebelum kembali ke toko roti sebelum buka," kata Suleiman.
Tugas yang melelahkan ini "memakan waktu dua jam, jika Anda beruntung, tetapi lebih sering empat atau lima jam," katanya.
Tidak ada jaminan keberhasilan di akhir pekerjaan. "Kami bergantian dalam antrean. Dua hari yang lalu, saya menunggu dalam antrean selama empat setengah jam dan ketika tiba giliran saya, mereka mengatakan kepada saya bahwa tidak ada roti yang tersisa. Saya memohon kepada mereka untuk memberikan beberapa potong roti untuk anak-anak, tetapi mereka menolak," kata ibunya.
Amal menceritakan, bahwa blok apartemen yang ia tinggali hancur akibat pemboman Israel pada hari pertama perang yang terjadi setelah serangan Hamas ke Israel. Dimana pada serangan pertama tersebut, lebih dari 1.200 orang terbunuh, sebagian besar adalah warga sipil.
Bahkan sampai saat ini, serangan bertubi-tubi Israel telah menewaskan sekitar 11.200 orang di Gaza. sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas tersebut.
"Bahkan kuda yang menarik gerobak anak saya, mata pencahariannya, terbunuh," katanya.