Gerakan Cinta Zakat Gen Z: Membumikan Dalil, Meraih Kebahagiaan Abadi di Era Digital

Gerakan Cinta Zakat Gen Z: Membumikan Dalil, Meraih Kebahagiaan Abadi di Era Digital

Gerakan Cinta Zakat Gen Z Meraih Kebahagiaan-Foto-Istimewa

Oleh: Muhamad Padli Abdullah el Banjar

Disajikan secara komprehensif, dilengkapi dengan landasan dalil dari Al-Qur'an, Hadits, Ijma', dan Qiyas.

JAMBI, JAMBITV.CO - Generasi Z (Gen Z), yang tumbuh subur di ekosistem digital, kini menjadi arsitek baru dalam gerakan filantropi Islam. Bagi mereka, zakat tidak lagi sekadar kewajiban ritual tahunan yang kaku, melainkan sebuah aksi nyata investasi sosial dan spiritual yang membawa ketenangan batin (inner peace)—sebuah kebahagiaan otentik di tengah hiruk pikuk media sosial.

Gerakan "Cinta zakat" yang diusung Gen Z adalah perpaduan harmonis antara fiqh klasik dengan kemudahan teknologi, yang seluruhnya berakar kuat pada empat pilar hukum Islam: Al-Qur'an, Hadits, Ijma', dan Qiyas.

I. Pilar Syar'i Gerakan zakat

Kewajiban zakat adalah pilar fundamental yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Gen Z, dengan kemudahan akses informasi, dapat dengan cepat memahami dan menginternalisasi landasan hukum ini:

1. Dalil dari Al-Qur'an (Sumber Hukum Utama)

Kewajiban zakat sering kali disandingkan dengan perintah shalat, menunjukkan kedudukannya yang sangat penting dalam Islam.

Artinya: "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43)

Selain itu, zakat memiliki fungsi sebagai pembersih jiwa dan harta:

Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka..." (QS. At-Taubah: 103)

2. Dalil dari Hadits (Penjelas Al-Qur'an)

Rasulullah SAW secara eksplisit menetapkan zakat sebagai salah satu rukun Islam:

- Hadits : "Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan berpuasa Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjadi motivasi spiritual bagi Gen Z bahwa menunaikan zakat adalah penyempurna keislaman mereka.

3. Dalil dari Ijma' (Konsensus Ulama)

Kewajiban zakat telah mencapai tingkat Ijma' (konsensus) seluruh ulama Islam sepanjang masa (salaf dan khalaf).

- Poin Ijma': Para Sahabat Nabi, yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, telah bersepakat (Ijma') untuk memerangi orang atau kelompok yang menolak membayar zakat setelah wafatnya Rasulullah SAW. Konsensus ini menunjukkan bahwa zakat adalah kewajiban yang tidak dapat diganggu gugat, bahkan sanksi tegas diberikan bagi yang mengingkarinya.

4. Dalil dari Qiyas (Analogi Hukum Fikih Modern)

Dalam konteks Gen Z dan era digital, Qiyas menjadi penting, terutama dalam penentuan jenis harta yang wajib dizakati.

- Penerapan Qiyas: zakat profesi atau zakat penghasilan (zakat al-mustafad) adalah hasil Qiyas para ulama kontemporer. Mereka meng-qiyas-kan (menganalogikan) penghasilan modern (gaji, honorarium, passive income) dengan hasil pertanian yang langsung dikeluarkan zakatnya saat panen, atau dengan harta perdagangan (emas/perak). Ini memungkinkan Gen Z yang sebagian besar berprofesi di sektor jasa dan kreatif untuk tetap menunaikan zakatnya.

II. Kebahagiaan Gen Z: Transformasi zakat di Era Digital

Dengan landasan syar'i yang kokoh, Gen Z kini merangkul zakat sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati:

1. Kemudahan Digital: Menghilangkan Hambatan

Gen Z adalah "penduduk asli digital." Mereka menunaikan zakat melalui aplikasi fintech dan platform crowdfunding. Ini sejalan dengan prinsip kemudahan (taysir) dalam Islam dan memudahkan mereka memenuhi kewajiban agama di tengah kesibukan.

2. Transparansi dan Dampak: Menemukan Makna

Gen Z sangat menghargai transparansi. Mereka merasa bahagia dan tenang (sakinah) ketika melihat laporan penyaluran zakat mereka yang jelas dan terukur (misalnya, beasiswa untuk dhuafa atau modal UMKM). Kebahagiaan ini sesuai dengan janji Allah dalam QS. Al-Baqarah: 277:

- Janji Kebahagiaan: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."

Rasa tidak takut dan tidak bersedih hati inilah (ketenangan jiwa) yang dicari Gen Z, yang seringkali berhadapan dengan isu mental health.

3. zakat sebagai Tazkiyah (Penyucian) Diri

Gen Z menggunakan istilah self-care atau detox digital. zakat adalah bentuk detox harta dan jiwa (tazkiyah). Dengan membersihkan harta, mereka merasa lebih ringan dan berkah, sesuai makna literal zakat yang berarti "tumbuh, suci, dan berkah."

Penutup: Investasi Akhirat Gaya Gen Z

Gerakan Cinta zakat Gen Z adalah fenomena positif yang membuktikan bahwa ajaran Islam, melalui zakat, mampu beradaptasi dan tetap relevan dengan zaman. Gen Z telah mengubah zakat dari sekadar kewajiban menjadi sebuah investasi spiritual dan sosial berjangka panjang yang dikelola dengan kecanggihan digital.

Dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an, Hadits, Ijma', dan Qiyas, mereka tidak hanya membersihkan harta duniawi mereka, tetapi juga secara aktif membangun masyarakat yang lebih adil dan, yang terpenting, meraih kebahagiaan abadi yang dijanjikan oleh syariat.

Wallahua'lam bishawab

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait