Ratusan Ekor Kerbau Milik Warga Terusan Batanghari Mati Mendadak

Sabtu 06-01-2024,08:00 WIB
Reporter : Pirdana Atrio
Editor : Bahtiar AB

Jambitv.co, Batanghari - Diduga diserang penyakit ngorok, sekitar ratusan ekor kerbau  milik warga di Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batanghari mati mendadak. Akibat kondisi ini, para peternak mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.

Penyakit septicaemia epizootica atau biasa dikenal dengan sebutan penyakit ngorok. Diduga kembali menyerang hewan ternak warga di kabupaten batanghari. Bahkan saat ini, diperkirakan sekitar 100 ekor kerbau milik warga di Desa Terusan Kecamatan Maro Sebo Ilir ditemukan dalam kondisi mati.

Peristiwa ini diakui oleh Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Desa Terusan Kecamatan Maro Sebo Ilir Subhan. Dimana ratusan ekor kerbau tersebut, mayoritas ditemukan dalam kondisi mati mendadak. Dan hanya sedikit yang dapat disembelih oleh pemiliknya. 

BACA JUGA:Terpapar Penyakit Ngorok, 74 Ekor Hewan Ternak di Kabupaten Batanghari Mati

Ia juga mengaku, penyebaran penyakit ini telah dilaporkan secara lisan ke Pemkab Batanghari. Untuk segera ditindaklanjuti.

“Penyakitnya ini mendadak, kadang kadang dia menung air liur meleleh tidak lama kemudian 24 jam paling lama mati itu. Kalau kita itu kadang kadang induk, yang umur setahun tu banyak juga kena, yang 1,5 tahun itu kena juga jadi semuanya kena, apa penyakitnya kami tidak tahu, yang mati dalam 20an ada, yang disembelih 20an ada juga, sekitar seratusan kalau dihitung yang kena,” Subhan Kasi Kessos Desa Terusan.

Sementara itu pemilik hewan ternak Abdul Hadi mengatakan. Penyebaran penyakit ini sudah berlangsung dalam kurun waktu sekitar 10 hari terakhir atau sejak akhir tahun 2023 lalu. Dimana dalam sehari, ada sekitar delapan sampai 12 ekor kerbau yang dinyatakan mati.

BACA JUGA:Kemenkes Terbitkan Edaran Waspada Virus Nipah, Virus Menular Dari Hewan ke Manusia

“Kalau sehari tu sampai yang puncaknya itu sampai 8 ekor yang mati sekarang, disana 7 disini 5, jadi sekitar 12 ekor yang mati modal, kini yang masuk di kawasan ini hampir seratus ekor,” Ungkap Abdul Hadi Peternak.

Menurut warga, penyakit ini diketahui muncul ketika nafsu makan hewan ternak mereka menurun drastis dan cenderung tidak mau makan. Serta mengeluarkan air liur terus menerus. Kondisi ini berdampak terhadap kondisi kesehatan yang semakin memburuk hingga akhirnya mati. 

Akibat serangan penyakit tersebut, kerugian yang dialami warga diperkirakan mencapai Miliaran Rupiah.

BACA JUGA:Geopark Merangin Diakui UNESCO, Gubernur Alharis dan Pemkab Gelar Sedekah Bumi dan Syukuran Potong Kerbau

Kategori :