Jambitv.co, Tebo – Akibat dampak El Nino hingga September lalu ratusan hektar sawah padi di 2 Desa tebo gagal panen. Data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Tebo, ada ribuan hektar sawah yang ditanam padi pada periode bulan Juli dan Agustus 2023. Namun 114 hektar diantaranya tercatat mengalami gagal panen atau fuso.
Gagal panen ini terjadi karena pengaruh cuaca el nino yang terjadi pada bulan September lalu. Kadis Tanaman Pangan dan Holtikultura Tebo Ziadi mengatakan, 114 hektar sawah yang gagal panen tersebut terjadi di 2 desa. Yakni di Desa Tanjung Aur Seberang seluas 49 hektar dan Desa Melako Intan seluas 65 hektar.
Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura saat ini juga masih menunggu laporan dari desa lain, terkait dampak El Nino tersebut. Pasalnya, ada bantuan benih yang akan diberikan Pemerintah Provinsi Jambi. Sehingga Dinas bisa menyalurkan bantuan kepada desa atau kelompok tani sesuai waktu penanamannya.
BACA JUGA:42,5 Hektar Lahan Pertanian Di Jambi Gagal Panen Akibat Kekeringan
“Dari seribuan hektar, itu yang fuso atau gagal panen ada 114 hektar. Tapi kami masih menunggu adakah tim dari Sumay ini belum masuk laporannya. Kami pastikan ada bantuan kalau itu ada dampak dari el nino. Tinggal petaninya mau tanam kapan,” ujar Ziadi.
Ziadi menjelaskan, jika petani yang terdampak el nino ini ingin menanam tahun depan, maka Pemkab Tebo yang akan memberikan bantuan benih padi bantuan dari pemerintah pusat. Bantuan tersebut diklaim akan cukup memenuhi kebutuhan kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo.
Untuk diketahui, disadur dari Laman BMKG, El Nino sendiri merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
BACA JUGA:Dampak El Nino di Jambi, Sumur Warga Mulai Mengering
Pemanasan SML meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia. Dengan demikian, El Nino juga bisa mengakibatkan kondisi kekeringan secara umum di Indonesia.
Secara historis, El Nino berasl dari bahasa Spanyol yang berarti "anak kecil". Pada tahun 1600-an, seorang nelayan asal Amerika Serikat menemukan sebuah fenomena air hangat di Samudra Pasifik. Mereka kemudian menyebut peristiwa ini sebagai El Niño de Navidad karena puncaknya bisa sampai bulan Desember.
BACA JUGA:Dampak Kekeringan, 146 Hektar Lahan Padi di Batanghari Gagal Panen
Di Indonesia sendiri, El Nino memberikan beberapa dampak yang signifikan. Beberapa diantaranya kekeringan, kekurangan air bersih, gagal panen, serta kebakaran hutan dan lahan.
Dari sektor pertanian, pola curah hujan dan suhu bisa menyebabkan gagal panen dan kelangkaan pangan. Situasi yang demikian dapat mengancam kondisi ketahanan pangan lokal maupun secara global.