Pada Pemilu 2024,Ini 5 Karakter Pemimpin Amanah Menurut UAH

Pada Pemilu 2024,Ini 5 Karakter Pemimpin Amanah Menurut UAH

Jambitv.co, Jambi - Ini 5 Karakter Pemimpin Amanah Menurut UAH. Masyarakat pada moment pesta demokrasi di 2024 mendatang. Di hadapkan pada pilihan tokoh yang pantas memimpin Indonesia atau kepala daerah lima tahun ke depan. Dalam konteks bernegara, kewajiban untuk memilih pemimpin telah di tegaskan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Melalui Komisi Fatwa MUI hasil Musyawarah Alim Ulama se-Indonesia di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 2009. Isi fatwa itu antara lain:

  1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal. Bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
  2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan bersama.
  3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agar terwujud kemaslahatan dalam masyarakat.
  4. Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya (Amanah). Aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathanah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib.
  5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana di sebutkan dalam butir empat atau tidak memilih sama sekali. Padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.
Maka  sangat penting bagi masyarakat dalam memilih pemimpin. Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), terdapat lima karakter pemimpin amanah yang harus di perhatikan oleh masyarakat. Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) nanti.

5 Karakter Pemimpin Amanah Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH)

Karakter pertama, memberikan ketenangan bagi masyarakat yang dia pimpin. “Bukan sekadar untuk pribadinya, dia pun memberikan ketenangan untuk masyarakatnya. Itu karakter pertama pemimpin yang Amanah,” ujar UAH dalam ceramahnya yang di siarkan secara daring, di kutip Senin (5/6/2023). “Maka karakteristik kedua, amanah berlatih dengan ibadah melahirkan kedamaian. Refleksinya ada pancaran-pancaran dalam nilai-nilai objek kepemimpinannya,” ujar UAH. Karakter ketiga, mendapatkan bimbingan langsung dari Allah SWT untuk menata aktivitasnya. Karakter keempat, mampu membawa perubahan yang berkemajuan. Kelima, membawa nilai-nilai keadilan merata. “Lima ini Alhamdulillah oleh para pendahulu kita telah di rumuskan dalam Pancasila. Keseluruhannya sudah ada di situ,” ujar Wakil Ketua I Pimpinan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah itu. Suatu bangsa bisa di anggap stabil jika mampu menghadirkan kemampuan ekonomi dan stabilitas keamanan. Menurut UAH, meskipun ekonomi dalam keadaan baik, tetapi akan memunculkan masalah jika masyarakat tidak tenang. (*) Reporter : Yasri Nurhadi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: