KOTAJAMBI, JAMBITV.CO - Museum merupakan salah satu tempat menyimpan semua barang-barang penting yang berkaitan dengan sejarah masa lampau. Salah satu museum yang ada di Provinsi Jambi adalah Museum Siginjei, pusat pelestarian sejarah dan budaya yang ada di Kota Jambi. Museum Siginjei terletak di Kota Jambi, Kecamatan Telanaipura, Jl. Jenderal Urip Sumoharjo, Sungai Putri. Di dalam museum ini, terdapat berbagai macam koleksi peninggalan-peninggalan dari masa lampau, mulai dari arca, naskah kuno, senjata, pakaian adat dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan lainnya yang telah menjadi rumah bagi semua benda-benda tersebut.
Museum Siginjei bukan hanya menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga menawarkan suasana tenang yang membuat pengunjung seolah diajak kembali ke masa lampau. Selain menjadi tempat penyimpanan koleksi, museum juga berfungsi sebagai ruang belajar bagi pelajar, mahasiswa, hingga peneliti. Seringkali beberapa sekolah secara rutin melakukan kunjungan edukasi untuk mempelajari sejarah Jambi secara langsung. Museum ini juga menjadi lokasi penelitian bagi akademisi yang tertarik pada bidang arkeologi, antropologi, dan kebudayaan lokal. BACA JUGA:Berikan Pelatihan Dan Jelajah Samsara Living Museum, BI Jambi Ajak Wartawan ke Bali Ikuti Capasity Building Diketahui Museum Siginjei Jambi mulai dibangun pada 18 Februari 1981 oleh Gubernur Jambi saat itu, Masjchun Syofwan, dan secara resmi dibuka untuk umum pada 6 Juni 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hassan. Pada awalnya, museum ini bernama Museum Negeri Provinsi Jambi. Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, nama tersebut diubah menjadi Museum Negeri Jambi berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2002. Selanjutnya, melalui Peraturan Gubernur Nomor 26, museum ini resmi berganti nama menjadi Museum Siginjei pada 30 Oktober 2012. Saat ini, jumlah koleksi-koleksi peninggalan bersejarah yang ada di Museum Siginjei ini berada di angka yang berkisar 7.893 jumlah. Dari 7.893 bisa diklasifikasikan menjadi 10 kelompok dan salah satu dari sekian banyak peninggalan bersejarah yang ada di Museum Siginjei ini adalah Arca Bhairawa ini. BACA JUGA:Mesin Cetak Uang Rantau Ikil Simpan Jejak Sejarah ORIPS di Masa Agresi Belanda Di dalam museum ini diperkirakan ada banyak sekali peninggalan-peninggalan dari berbagai kerajaan, seperti Kerajaan Singosari, Adityawarman, maupun Majapahit. Salah satu peninggalan sejarah yang ada di dalam museum tersebut yaitu Arca Bhairawa. Arca Bhairawa merupakan salah satu arca menarik yang ada di dalam museum ini, karena ukurannya yang besar, lalu ada di sekitarnya juga ada peninggalan lainnya yaitu patahan patung Buddha dan juga lapik. Namun sayangnya, arca yang dipajang di museum tersebut hanyalah sebuah replika. Jika ingin melihat bentuk asli dari arca tersebut, ia berada di monumen nasional. Akan tetapi, meskipun ia hanya sebuah replika, patung Arca Bhairawa ini tetap memiliki nilai sejarah. Salah satu Staf pengelola koleksi Museum Siginjei Jambi Kurniawati mengatakan bahwa arca ini terlihat gagah dengan keadaan menginjak tengkorak. Hal tersebut karena arca ini menggambarkan sebuah bentuk kekuasaan terhadap masyarakat ketika masa kerajaan Adityawarman terjadi. Selain itu, Kurniawati juga menyebutkan bahwa arca ini termasuk masterpiece. Kemudian, dirinya juga mengatakan bahwa arca biasanya ada dua jenis, yaitu arca Hindu dan juga arca Buddha. Dirinya juga menyampaikan bahwa arca ini adalah salah satu arca Hindu peninggalan dari Adityawarman yang mana juga melambangkan pemimpin yang keras pada masanya. BACA JUGA:Penemuan Tulang Berukuran Besar Ditemukan Di Tanjab Barat "Arca itu merupakan peninggalan dari Raja Adityawarman, dan yang ada di sini itu replika, kalau mau liat yang asli itu ada di Monumen Nasional. Arca ini melambangkan dewa perkasa pada zaman Hindu, karena bisa kita lihat bahwa arca ini dia menginjak tengkorak yang diibaratkan sebagai bentuk kekuasaan terhadap masyarakat pada zaman itu. Kemudian, arca ini juga termasuk masterpiece. Lalu, benda yang ada disebelah Arca Bhairawa itu namanya lapik, lapik itu adalah tempat duduk arca. Berbeda dengan Arca Bhairawa yang replika, lapik ini asli. Patahan lapik ini kalau tidak salah itu ditemukan di Tanjab Barat," ungkapnya. Menurut keterangan yang tertera di dekat Arca Bhairawa tersebut, benda ini ditemukan di sebuah bukit di tengah persawahan kompleks percandian Padang Roco, Dharmasraya. Arca ini menghadap ke timur dan di bawahnya mengalir Sungai Batang Hari. Ketika arca ini ditemukan, ia berada pada kondisi terkubur di dalam tanah, hanya satu bagian lapik yang sedikit muncul di permukaan tanah. Kemudian, di sana juga menyebutkan bahwa arca tersebut diangkut oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1935 ke kebun Margasatwa Bukittinggi. Lalu pada tahun 1937, arca ini diboyong ke museum nasional di Batavia dan menghuni museum tersebut hingga kini. BACA JUGA:Penemuan Tulang Ukuran Besar Hebohkan Warga Tanjab Barat BACA JUGA:Tulang yang Diduga Ikan Paus Kini Diamankan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Melalui penjelasan tersebut, dikatakan bahwa arca ini merupakan salah satu arca terbesar dengan tinggi 4,41 meter dan beratnya yaitu menyentuh angka 4 ton. Tidak hanya di Indonesia, arca ini dikatakan juga sebagai salah satu arca yang terkenal di Indonesia karena ukurannya yang sangat besar. Saat ini, arca tersebut mampu menjadi salah satu koleksi pameran utama di Museum Nasional Indonesia. Selain di Museum Siginjei, replika dari Arca Bhairawa ini juga bisa dilihat di Museum Adityawarman. Kemudian, dalam keterangan tersebut juga tertulis bahwa arca ini dikaitkan dengan perwujudan Raja Adityawarman karena dirinya merupakan penganut dari Buddha aliran Tantrayana Kalachakara. Arca Bhairawa memiliki dua tangan. Tangan kiri memegang mangkok dari tengkorak manusia berisi darah manusia dan tangan kanan membawa pisau belati. Bhairawa berkategori ugra atau ganas yang digambarkan bersifat kejam, berwujud mengerikan, memiliki taring, dan bertubuh sangat besar seperti raksasa. Rambutnya disanggul besar ke atas menyerupai bola dan di tengahnya terdapat arca Buddha Amitabha. Atribut seperti ini merupakan atribu Bodhisattwa Awalokiteswara. Hal ini menggambarkan aspek sinkretisme Tantrayana yang memadukan unsur Hindu dan Buddha. BACA JUGA:Heboh Temuan Tulang Diduga Ikan Paus di Tanjab Barat Bhairawa mengenakan perhiasan yang raya berupa mahkota dan kalung. Kita juga dapat melihat kelat bahu, gelang tangan dan gelang kaki yang berupa belitan ular. Ikat pinggangnya berukir kepala kala. Bhairawa ini digambarkan sedang menginjak orang cebol yang sedang dalam keadaan terlentang. Patung ini berdiri di atas lapik delapan tengkorak berjajar yang menggambarkan sebuah lapangan mayat, begitula penjelasan dari keterangan yang tertera. Kemudian, di sisi kiri arca tersebut bernama Lapik. Kurniawati mengatakan bahwa lapik tersebut merupakan tempat duduk arca. Berbeda dengan Arca Bhairawa, Lapik yang tertera di sini bentuknya asli, bukan replika. Kurniawati menduga bahwa Lapik ini ditemukan di Tanjab Barat, dan dirinya juga mengira bahwa lapik tersebut ditemukan di Candi Solok Sipin. Kemudian, Kurniawati juga mengatakan bahwa arca ini adalah bentuk peninggalan dari Aditya Warman, karena sejarah ini tentunya tidak akan pernah terulang lagi. "Arca ini adalah sebagai bentuk dari peninggalan Kerajaan Adityawarman, karena kita tahu bahwa yang namanya sejarah itu tidak akan pernah terulang lagi," tambahnya. Museum Siginjei rutin melakukan konservasi berkala untuk merawat koleksi yang ada di museum agar tetap utuh, meski usianya udah ratusan tahun. Dengan berbagai koleksi yang dijaga dengan penuh kehati-hatian, Museum Siginjei bukan hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda tua, tetapi juga penjaga memori. Di balik setiap pecahan lapik, setiap ukiran arca, hingga setiap naskah kuno, atau setiap peninggalan-peninggalan lainnya, terdapat cerita masa lalu yang berusaha tetap hidup. Museum ini mengingatkan bahwa sejarah bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dipelajari agar generasi mendatang memahami akar kehidupannya.Museum Siginjei Jambi Menyimpan Koleksi Arca Bhairawa, Masterpiece yang Melambangkan Sebuah Kekuasaan
Jumat 21-11-2025,13:33 WIB
Reporter : Idil Putra
Editor : Suci Mahayanti
Kategori :
Terkait
Jumat 21-11-2025,13:58 WIB
KOMISI IV DPRD Dukung Penuh Aparat Dalam Penuntasan Kasus Korupsi DAK
Jumat 21-11-2025,13:54 WIB
Tower Telkomsel di Kenali Asam Bawah Roboh dan Timpa Tiang Listrik PLN
Jumat 21-11-2025,13:53 WIB
Anggaran Pembangunan Jalan Jepang di Seberang Kota Jambi Bertambah Rp 5 Milyar
Jumat 21-11-2025,13:33 WIB
Museum Siginjei Jambi Menyimpan Koleksi Arca Bhairawa, Masterpiece yang Melambangkan Sebuah Kekuasaan
Jumat 21-11-2025,12:28 WIB
Mesin Cetak Uang Rantau Ikil Simpan Jejak Sejarah ORIPS di Masa Agresi Belanda
Terpopuler
Kamis 20-11-2025,21:43 WIB
Ketua BAZNAS Kota Jambi Dr. Muhammad Padli, Sosok Akademisi Yang Lahir Dari Pesantren, Ini Profilnya!!!
Kamis 20-11-2025,21:18 WIB
Pidato Elegan Ketua BAZNAS Kota Jambi: Zakat sebagai 'Ladang Jihad' Melawan Kemiskinan Struktural
Kamis 20-11-2025,20:26 WIB
Tenaga Ahli Gubernur Jambi Jangan Melampaui Kewenangan
Jumat 21-11-2025,13:54 WIB
Tower Telkomsel di Kenali Asam Bawah Roboh dan Timpa Tiang Listrik PLN
Jumat 21-11-2025,12:12 WIB
Kasus Pembunuhan, Tersangka Dilimpahkan Ke Kejari Tebo
Terkini
Jumat 21-11-2025,13:58 WIB
KOMISI IV DPRD Dukung Penuh Aparat Dalam Penuntasan Kasus Korupsi DAK
Jumat 21-11-2025,13:54 WIB
Tower Telkomsel di Kenali Asam Bawah Roboh dan Timpa Tiang Listrik PLN
Jumat 21-11-2025,13:53 WIB
Anggaran Pembangunan Jalan Jepang di Seberang Kota Jambi Bertambah Rp 5 Milyar
Jumat 21-11-2025,13:33 WIB
Museum Siginjei Jambi Menyimpan Koleksi Arca Bhairawa, Masterpiece yang Melambangkan Sebuah Kekuasaan
Jumat 21-11-2025,13:16 WIB